Tulisan ini hanya tulisan seorang mahasiswi yang
sedang mengalami hubungan jarak jauh.
Selamat membaca..
Berbicara tentang LDR berbicara tentang hubungan
yang nggak main-main. LDR diwarnai
dengan berbagai rasa.
Terkadang iri itu ada.... untuk mereka yang
melihatnya setiap hari.
Terkadang rasa nggak terima juga ada... untuk senyum
yang terukir bukan karena aku.
LDR bukan hal mudah tapi bukan juga hal yang harus
ditakuti.
LDR ada untuk mereka yang mau berjuang.
LDR bertahan untuk cinta yang nggak ecek-ecek.
LDR adalah tentang bagaimana kamu bisa menahan ego
lebih besar dari biasanya.
Hidup ini penuh dengan pilihan. Begitu pun LDR. Tapi
masalahnya adalah dengan siapa kamu memilih untuk LDR.
LDR adalah tentang penyesuaian. Dimana yang dekat
tidak lagi sedekat biasanya. Dimana yang sering tidak lagi sesering biasanya.
Dimana yang biasa mulai berubah menjadi tidak biasa.
Pasangan LDR bisa diibaratkan seperti sumpit. Sumpit
tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai sumpit kalau hanya satu batang.
Pasangan LDR pun sama, dibutuhkan kerjasama yang baik diantara dua pihak. Dua..
bukan satu.
“Dibutuhkan kamu sebagai alasan aku masih terus menunggu. Dibutuhkan aku sebagai jalanmu pulang. Dibutuhkan kita agar dalam perjalanan kamu tidak hilang arah.”
Aku tau LDR adalah hubungan yang tidak sempurna karena
ada fungsi pasangan yang hilang di dalamnya.
Ya.
Ketika LDR, kamu gak bisa selalu hadir disaat dia
membutuhkanmu lebih dari biasanya.
Banyak pasangan menjadikan ini sebagai masalah besar
dalam hubungan mereka.
Banyak pasangan menjadikan ini sebagai alasan mereka
untuk angkat tangan dan mundur terhadap apa yang selama ini mereka perjuangkan.
Banyak pasangan mulai merasa tidak cocok karena ini.
Lucu.
Padahal di dunia ini nggak ada yang nggak cocok,
yang ada itu nggak saling ngerti.
Padahal keretakan dalam hubungan itu nggak ada, yang
ada adalah alasan untuk retak. Karena sekecil
apapun itu, kalau dijadikan alasan untuk retak.... ya retak.
Jadi disni bukan LDR-nya, tapi aku-nya, kamu-nya dan
kita-nya.
Masalah lain dalam LDR adalah banyak pasangan yang
berhenti berjuang karena adanya orang ketiga. Mungkin ini adalah kelemahan LDR
yang paling aku takuti.
Rasa curiga akan selalu ada dalam LDR. Tapi sebenernya
kunci dari masalah ini adalah komunikasi, pengertian dan kepercayaan. Kalau
komunikasimu lancar, dia pasti ngerti. Kalau dia ngerti, dia pasti percaya. Begitupun
sebaliknya.
Bagiku, LDR adalah salah satu cara Tuhan untuk
mendewasakan kita.
Aku percaya bahwa setiap pertemuan pasti ada
perpisahan. Jadi aku yakin setelah perpisahan ini pasti ada pertemuan lagi.
Mungkin lebih lama.
Mungkin lebih indah.
P.S.
Untuk Adam Dwitama,
Aku tidak pernah bilang kalau LDR itu mudah, tapi
hubungan LDR kita patut diperjuangkan.